Langsung ke konten utama

Bahasa dan Bangsa

Saya ditakdirkan untuk manjadi orang jawa tulen. Bapak ibuku dari jawa begitupula nenek kakekku dari jawa asli. Bagi kami orang jawa hal yang diwariskan pertama kali atau dtekankan pertama kali dalam kehidupan masyarakat adalah bahasa. Karena bagi nenek moyang kita bahasa mennetukan bangsanya. Itu tak berarti orangtua/ nenek moyang kita sudah memikirkan sebuh konsep tentang “nasionalisme” atau “nation” dengan keutuhan bahasa.

Sebab jika kita renungkan kembali makna “bangsa” dalam kalimat di atas menunjukan pada suatu struktur kelas masyarakat tertentu. Disini berarti bahasa dijadikan takaran mengenai martabat dan latar belakang seseorang. Ketika bahsa dapat dijadikan sebagai takaran mengenai martabat dan latar belakang seseorang disinalah kemudian bahasa dijadikan sebagai control sosial masyarakat. Bagaimana tidak?? dijawa cara bicara seorang tukang becak kepada gubernur berbeda ketika ia sedang berbicara dengan tukang jamu pun sebaliknya.

Sungguh menabjubkan ketika bahasa kususnya bahasa daerah dapat menjadi remote control bagi ratusan bahkan ribuan individu. Jelas disini menunjukan suatu evolusi sejarah sosial-politik yang berkepanjangan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengangkatan Anak

BAB I PENDAHULUAN A.            Latar Belakang Manusia sudah dikodratkan untuk hidup berpasang-pasangan membentuk sebuah keluarga yang terdiri dari suami istri dan pada umumnya juga menginginkan kehadiran anak atau keturunan hasil dari perkawinannya. Mempunyai anak merupakan tujuan dari adanya perkawinan untuk menyambung keturunan serta kelestarian harta kekayaan. Mempunyai anak adalah kebanggaan dalam keluarga. Akan tetapi terkadang semua itu terbentur pada takdir ilahi dimana kehendak memperoleh anak meskipun telah bertahun-tahun menikah tak kunjung dikaruniai anak, sedangkan keinginan untuk mempunyai anak sangatlah besar. Jika demikian , penerus silsilah orang tua dan kerabat keluarga tersebut terancam putus atau punah.

Simfoni Hitam

Lisan ini..ah.. benar kata pepatah “Tajamnya pedang lebih tajam lagi lisan” ini terjadi padaku. Seperti malam-malam biasanya sebelum menutup mata menuju pulau kapuk aku dan kakaku selalu menyempatkan untuk berdiskusi. Berdiskusi mengenai segala hal dari masalah Politik, sosial, ekonomi hingga kehidupan kampus. Perbedaan mengenai suatu masalahpun sering tak terhindarkan, namun berbeda kali ini Kakakku merasa yang ku katakan tak pantas terlebih lagi menurutnya hal tersebut semaikn mencerminkan  aku adalah orang “”Egois”

Sisi lain Pasar Tradisional

Bismillah… Sisi lain dari Pasar Tradisional Jalan-jalan dikawasan itu becek. Bila turun hujan adonan tanah dengan air berubah menjadi tak ubahnya bubur kental berwarna coklat bercampur kerikil. Bila demikian, tanah-tanhanya tak mempunyai toleransi untuk digilas roda mobil, motor apa lagi diinjak kaki manusia. Tak heran manusia dan kendaraan yang melewati mencoba menghindar dari bubur kental coklat itu. Daerah yang dekil, terbelakang dan Bising!!