Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2013

Bamboku, Part II

M asih tentang Bamboku.  Hal yangmenarik dari seorang Hidung merah adalah sikap ambisisusnya.  Bamboku dilahirkan sebagai rakyat jelata. Saat muda ia berkeinginan untuk memiliki istri dari kalangan bangsawan untuk meningkatkan elektabilitasnya. Iapun berusaha menjadi pemuda yang cekatan dalam perdagangan agar bisa meminang seorang anak bangsawan. Tak lama kemudian ia pun berhasil mewujudkan keinginannya dan meminang anak seorang pejabat, walaupun pejabat rendahan.  Seiring berjalanannya waktu ia-pun merancang bagaimana perdaganganya semakin besar dan menjadikanya sebagai saudagar terkaya. Ia melakukan berbagai langkah termasuk ikut dalam dunia politik. Ia menjadikan Genji Yoshitomo sebagai patron politiknya dengan membantu pemberontakan Yoshotimo terhadap pemerintahan perdana mentri Senzhei. Setelah Genji kalah oleh Heikei, Bamboku-pun berpindah arah ia berbalik memihak pada Heikei. Ia menjadi kawan politik yang baik, bahkan Bamboku menjadi salah satu penasehat Kiyomori, khususn

Bamboku, Si Licik

Bamboku, saudagar yang hidup pada masa klan heike berjaya. Merupakan sosok yang menarik untuk dikupas mengenai kepribadiannya. Si hidung merah adalah julukannya.Ia adalah saudagar yang cermelang dalam melihat trayeknya. Sebagai saudagar ia pastinya memikirkan bagaimana cara agar untung, maka dari itu ia memihak kedua klan yang sedang berseteru pada waktu itu yaitu Klan Heikie dan Klan Genji. Bamboku adalah orang yang membantu pemberontakan Genji Yoshitomo, karena Perdana Mentri Shenzi sangat keji. Akhirnya pemberontakkan Genji diakhiri dengan kekalahan dan pemenggalan kepala Yoshitomo dan ketiga anaknya. Genji kalah, Bamboku-pun berbalik arah menjadikan Heikei Kiyomori sebagai patron politiknya, dengan demikian bamboku dapat memperluas sayap dagangnya. Sikap inilah yang mengantarkan Bamboku pada kedudukan yang menarik yaitu menjadi Pengawas Sungai Kamo.   Bagiku menjadi Heikie atau menjadi Genji salah satu darinya lebih terhormat dari pada menjadi Bamboku. Entahlah, menjadi tengah-ten