Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2012

Tanpa-Mu

aku rebah di pangkuanMu bukan tuk mengadukan beratnya beban langkahku aku menangis di pangkuanMu bukan tuk mengadukan beratnya beban di pundakku aku menangis di pangkuanMu karena memang aku tak berdaya tanpaMu aku menangis di pangkuanMu karena aku takkan bisa hidup tanpaMu dan aku selalu ingin menangis di pangkuanMu karena memang aku selalu rindu rindu menangis di pangkuanMu selalu

Cinta & Benci

Ketika manusia menanam cinta Cinta akan tumbuh di dalam jiwa Ketika manusia menanam benci Benci akan tumbuh di dalam hati Ketika manusia pergi Cinta dan benci akan tetap bertumbuh di bumi Kebaikan dan keburukan akan kembali kepada dirinya sendiri...

Bahasa dan Bangsa

Saya ditakdirkan untuk manjadi orang jawa tulen. Bapak ibuku dari jawa begitupula nenek kakekku dari jawa asli. Bagi kami orang jawa hal yang diwariskan pertama kali atau dtekankan pertama kali dalam kehidupan masyarakat adalah bahasa. Karena bagi nenek moyang kita bahasa mennetukan bangsanya. Itu tak berarti orangtua/ nenek moyang kita sudah memikirkan sebuh konsep tentang “nasionalisme” atau “nation” dengan keutuhan bahasa. Sebab jika kita renungkan kembali makna “bangsa” dalam kalimat di atas menunjukan pada suatu struktur kelas masyarakat tertentu. Disini berarti bahasa dijadikan takaran mengenai martabat dan latar belakang seseorang. Ketika bahsa dapat dijadikan sebagai takaran mengenai martabat dan latar belakang seseorang disinalah kemudian bahasa dijadikan sebagai control sosial masyarakat. Bagaimana tidak?? dijawa cara bicara seorang tukang becak kepada gubernur berbeda ketika ia sedang berbicara dengan tukang jamu pun sebaliknya. Sungguh menabjubkan ketika bahasa kususnya

Antara Aturan dan Kesadaran

Bercerminlah pada masa lalu Politik adu domba hanya untuk menjarah kekayaan alam yang kaya raya Dimana kita hanya menjadi budak-budaknya saja     Ataukah kita memang sudah tak punya lawan Sehingga harus selalu berkawan dengan pertikaian Dikarenakan ego dan kesombongan     Telah berdiri kerajaan-kerajaan baru di nusantara Namanya partai A, B, C,….. banyak lainnya       Dan telah lahir berhala-berhala dari tangan putra-putri ibu pertiwi Namanya isme-isme dan undang-undang sesuka hati     Lalu yang menjadi pertanyaannya? Negara ini mau dibawa ke mana dan menjadi apa? Kita ini mau ke mana dan menjadi apa? Lantas Aku ini apa dan aku ini siapa?     Bukankah aturan dan kesadaran itu bagai dua sisi mata uang Bukankah aturan dan kesadaran itu bagai telur dan ayam Bukankah aturan dan kesadaran itu bagai ilmu dan amal.

Gotong Royong adalah Kuncinya!!!

Pramodeya Ananta Toer yang kerap dipanggil “Pram” merupakan satrawan dan budayawan yang anti penindsan dan anti kolonialisme yang dimiliki bangsa Indonesia. Maka tak heran karya-karyanya kerap dibakar dan dilarang. Karena karya-karyanya itulah hampir separuh hidup Pram habis dalam penjara. Tiga  Tahun dalam penjara Kolonial, satu Tahun di Orde Lama, dan 14 tahun pada Orede Baru. Layaknya orang-orang besar dalam sejarah, penjara tak membuatnya berhenti sejengkalpun menulis. Baginya, menulis adalah tugas pribadi dan nasional.

Pendakian Senja

Sebuah cerita di siluet senja keharmonisan persahabatan adalah sebuah perjalanan ibarat mendaki sebuah puncak pegunungan walau ribuan jalan pulang kan memisahkan ribuan pendakian kan menyatukan kerinduan rindu yang mengisahkan ribuan bingkai kenangan bersama ribuan jejak kaki yang berjalan beriringan dimana beban menjadi ringan dimana rintang tak menjadi penghalang tuk menghantarkan pada sebuah tujuan malam dimana kabut menghilang lampu lampu perkotaan dihamparkan mengerdilkan ego dan kesombongan kemudian lelah pun telah rebah di antara senandung senandung alam rerumputan ilalang reranting dan dedaunan semua berdendang bersama perapian yang menari di dinginnya hembusan angin malam semua terlentang menghadap bentang langit malam dimana bintang bintang menemani sang rembulan berlarian menari hingga satu dua berjatuhan lalu menghilang dan semburat fajar pun datang membentang bersama senyuman