Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2012

Baru

Baru, ketika kata ini muncul maka akan muncul perasaan senang, seperti anak kecil ketika diberikan mainan baru oleh orang tuanya. Tapi bukan itu yang kurasakan kini. Entah apa yang kurasakan sekarang akupun tak tahu, yang jelas hatiku kalut seperti benang yang kusut. Kini aku berada ditempat yang berbeda. Gemuruh disini sangat kejam. Hujan disini juga terlalu deras. Walau banyak ilmu yang kudapatkan, tetap saja ilmu itu tak melulu menyenangkan ketiaka itu. Ingatan saya masih jernih ketika kuputuskan untuk mampir ditempat ini awakku mriyang tiga hari tiga malam . Oleh karena itu hati ini selalu meyakinkan apakah benar akan keputuskanku. Tempat ini terlalu ramai bagiku, yang tak pernah mencicipi dunia luar selain rumah dan sekolah. Terlebih lagi ada beberapa penghuni rumah ini yang sedikit tak percaya denganku. Mungkin karena aku berbeda dengan kebanyakan penghuni disini.

Jawaban atas Kesedihanku

Hari ini hari Jum’at, hari yang mendung semendung hati ini. Entah mengapa dari pagi ketika ku bangun dari ranjangku di Kebumen hingga aku samapai di Jogja rasa sedih yang menyelimuti hati ini tak kunjung pergi. Terlebih lagi pikiranku dibebani oleh serentetan tugas menanti di buku coklat, tempat kutuliskan kegiatanku selama seharian. Dari bangun tidur hingga malam menjelang. Seharin inipun kujalani dari mengerjakan tugas HTN (Hukum Tata Negara), mengerjakan pesenan Sertifikat hingga Rapat dan membahas isu kampus di rumah belajar Ekspresi. Walau hanya ada tiga agenda namun ini semua sangat membutuhkan waktu yang lama. Hingga harus pulang pada pukul 9.15 malam

Sepi

Titikan hujan membahasi bumi, berakibat semerbak bau tanah. Ketika itu aku pulang dari sebuah acara di Taman Kihadjar salah satu taman yang asyik buat ngumpul dan berdiskusi di sudut kampus. Karena lebatnya hujan, apalagi waktu sudah menunjukan sholat asar. Akhirnya kuputuskan untuk berteduh di sebuah Masjid kampus. Masjid Mujahidin, yang berada di sebelah barat Fakultasku.

Salah sangka

Gubrakkkkk…gubrakkkk…!!! Itulah akibat dari keasyikan main game hinggga lupa waktu buat kuliah. Hari ini, Selasa 14 Febuari 2012 adalah kuliah hari pertama “Kewirausahaan”. Ketika tahu semester ini ada matakuliah wajib “Kewirausahaan”, maka yang ada dalam pikiranku adalah jualan. “ Oh my God …, jualan?? Bukan gua banget….”hati kecilku pun ikut memberontak, tapi apa boleh buat berhubung ini adalah mata kuliah wajib untuk semester ini maka harus ku jalani. Bushhhhhhh…… !!!dengan langkah seribu ku menuju ruang kuliah di G.02. 202, serasa nafas ini mau copot.. Thok..thok..thok … ku ketuk pintu dengan rasa berdebar, bak langit mau rontok (lebayyy..) “maaf bu terlambat,” ujarku sambil cengangas-cengenges… Bu Chandra, dosen kewirausahaanku pun mempersilahkanku duduk. Berhubung, bangku belakang sudah terisi penuh, akupun duduk di deretan terdepan,, deretan penghargaan bagi para mahasiswa yang hobinya telat.  Awalnya berat sekali rasa hati ku mengikuti kuliah ini, ini akiba

Takhta Awan: Sekuel The Road to the Empire

Sinta Yudisia, xxi+557 hal,lingkarpena publishing house,2011 Setelah sukses dengan buku pertama dari trilogi “ The Road To the Empire ” yang menggugah semangat.  Sinta Yudistia kembali mengeluarkan Takhta Awan yang merupakan Buku kedua dari” trilogy The Road the Empire”.  Dalam buku kedua  ini Sinta masih berkisah tentang Pangeran Mongol Muslim pertama. Cerita bagaimana asal mula keislamannya ada pada buku pertama The Road to The Empire . Buku ini bergenre historical fiction, dengan tebal 572 halaman, menceritakan kelanjutan perjuangan kisah Takudar Muhammad Khan yang kembali menggenggam Mongolia dan mengambil takhta Arghun Khan.

Pahlawan Tanpa Pangkat #Part II

Bukan mereka saja yang angkat senjata merebut kemerdekaan, bukan mereka saja yang memproklamirkan bangsa kita, bukan mereka saja yang juara dunia atlit bulutangkis, bukan mereka saja mereka yang menang oliampiade. Itu dahulu pejuang pahlawan kita. Tetapi mereka juga bisa disebut pahlawan. Siapa dia ?. Pahlawan bermacam-macam jenis dan kondisi momentum, dalam bidang kehidupan ada pahlawan yang tidak diakui dan tidak mau diakui, terdengar ataupun tak mau didengarkan mereka, buruh tani angkatan 05 pagi, mereka didesa yang tiap hari mengangkat cangkul, membawa sabit, dengan semangat perang dengan musuh bernama kelaparan.