Langsung ke konten utama

Sobat aku bersamamu!

Jejak langkah itu cepat nian, cepat secepat tarikan nafasnya kian jauh, kian mendaki gunung yang tinggi itu hingga terengah-engah dan duduk di antara bongkahan batu yang berbentuk bangku itu. Dengan wajah yang lelah namun masih terbesit semangat dalam raut wajahnya itu. siapa dia?? dalam hatiku bertanya-tanya.begitu semangatnya orang itu tuk mendaki lereng gunung ini. lereng yang terjal.

Mencoba ku susul langkah cepatnya itu namun lagi-lagi aku harus terseok-seok diantara batuan yang mengangah dan ilalang berduri. Terlebih lagi matahari kala itu sedang tak bersahabat. Namun bayangan orang itu terus melaju tanpa henti.sempat terbesit untuk menyudahi saja perjalanan ini. Namun rasa penasaran yang membuncah ini tak sanggup dibendung.

Hingga tiba-tiba ditengah perjalanan nampak bayangan itu terhenti. "kenapa tuh orang?" dalam hatiku bertanya-tanya."hemmm....mungkin capek," akupun mencoba untuk menerka-nerka penyebabnya.

Dengan gesit ku ambil kesempatan itu untuk menyusulnya dan melihat wajahnya yang penuh semangatt. Jejak langkah larinya cukup tahan uji. Rasa penasaran yang tinggi ini mengajakku berlari menghampiri bayangan itu hingga terengah engah payah. Dan aku duduk disampingnya.
"huftttt.....," udara yang merupakan hasil pernapasan pun kuhembuskan panjang-panjang.

Dengan penuh penasaran ku lihat wajahnya yang Termangu. Tenggelam dalam samudera keheningan pemandangan alam hijau kelabu kebiru-biruan.
"Mengapa anda berhenti disini?" tanyaku penasaran
"Aku lelah, perjalanan ini terlalu panjang dan terja bagikul...ku ingin menyudahi saja" jawabnya pesimis dan ragu

"lelah itu wajar karena kita bergerak,, namun jika kau memutuskan berhenti sampai disini, kau tak akan menikmatinya, kau hanya dapat lelahnya saja kawan," ujarku mencoba untuk membangkitkan reaksinya.

"tapi bagaiamana dengan batu-batu ini??" keluhnya 
"batu akan tetap menjadi batu, dia tak akan bisa menjadi spon yang empuk..tapi buakankah batu bisa disingkirkan??" jawabku

"tenang saja kawan aku akan membantu menyingkirkan batu-batu ini" dengan dagu diangkat dan optimism ku menepuk-nepuk bahunya.


Djogja, 21 Mei 2012
-Ruang belajar-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pahlawan tanpa Pangkat

Capung-capung melayang-layanng di udara  bak pesawat terbang, diiringi nyanyian jangkrik dan tarian kupu-kupu. Senja ini sungguh indah. Diantara hamparan padi yang menhijau itu masih terselip sepetak sawah yang ditanami kacang tanah, itu adalah sawah embah . Entah mengapa ketika orang-orang menanam padi simbahku palah memilih menanam kacang, yang sekarang sudah siap panen. “Mbah, kok beda sama yang lain?? Yang lain nanem padi kok mbah nanem kacang?” tanyaku “Owh, ini bekas nanem winih nduk,, buat nanem padi sawah lor,” jawab simbah sambil tersenyum Aku adalah orang desa. Ayahku seorang petani dan dari keluarga petani juga, sedangkan ibuku seorang pedagang yang berasal dari keluarga petani juga. Hampir seluruh masyarakat di daerahku bekerja sebagai petani, namun tak jarang pula yang menjadi pedagang dan PNS namun jumlahnya kecil sekali.  Namun aku bangga menjadi anak petani,bagiku petani adalah pahlawan. walau banyak orang memandang sebelah mata. Bagi mereka petani adal

Pengangkatan Anak

BAB I PENDAHULUAN A.            Latar Belakang Manusia sudah dikodratkan untuk hidup berpasang-pasangan membentuk sebuah keluarga yang terdiri dari suami istri dan pada umumnya juga menginginkan kehadiran anak atau keturunan hasil dari perkawinannya. Mempunyai anak merupakan tujuan dari adanya perkawinan untuk menyambung keturunan serta kelestarian harta kekayaan. Mempunyai anak adalah kebanggaan dalam keluarga. Akan tetapi terkadang semua itu terbentur pada takdir ilahi dimana kehendak memperoleh anak meskipun telah bertahun-tahun menikah tak kunjung dikaruniai anak, sedangkan keinginan untuk mempunyai anak sangatlah besar. Jika demikian , penerus silsilah orang tua dan kerabat keluarga tersebut terancam putus atau punah.
Menyerah!