Langsung ke konten utama

Bamboku, Si Licik

Bamboku, saudagar yang hidup pada masa klan heike berjaya. Merupakan sosok yang menarik untuk dikupas mengenai kepribadiannya. Si hidung merah adalah julukannya.Ia adalah saudagar yang cermelang dalam melihat trayeknya. Sebagai saudagar ia pastinya memikirkan bagaimana cara agar untung, maka dari itu ia memihak kedua klan yang sedang berseteru pada waktu itu yaitu Klan Heikie dan Klan Genji. Bamboku adalah orang yang membantu pemberontakan Genji Yoshitomo, karena Perdana Mentri Shenzi sangat keji. Akhirnya pemberontakkan Genji diakhiri dengan kekalahan dan pemenggalan kepala Yoshitomo dan ketiga anaknya. Genji kalah, Bamboku-pun berbalik arah menjadikan Heikei Kiyomori sebagai patron politiknya, dengan demikian bamboku dapat memperluas sayap dagangnya. Sikap inilah yang mengantarkan Bamboku pada kedudukan yang menarik yaitu menjadi Pengawas Sungai Kamo.  

Bagiku menjadi Heikie atau menjadi Genji salah satu darinya lebih terhormat dari pada menjadi Bamboku. Entahlah, menjadi tengah-tengah hanya untuk melindungi diri sendiri sangatlah picik. Sepicik Bamboku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengangkatan Anak

BAB I PENDAHULUAN A.            Latar Belakang Manusia sudah dikodratkan untuk hidup berpasang-pasangan membentuk sebuah keluarga yang terdiri dari suami istri dan pada umumnya juga menginginkan kehadiran anak atau keturunan hasil dari perkawinannya. Mempunyai anak merupakan tujuan dari adanya perkawinan untuk menyambung keturunan serta kelestarian harta kekayaan. Mempunyai anak adalah kebanggaan dalam keluarga. Akan tetapi terkadang semua itu terbentur pada takdir ilahi dimana kehendak memperoleh anak meskipun telah bertahun-tahun menikah tak kunjung dikaruniai anak, sedangkan keinginan untuk mempunyai anak sangatlah besar. Jika demikian , penerus silsilah orang tua dan kerabat keluarga tersebut terancam putus atau punah.

Simfoni Hitam

Lisan ini..ah.. benar kata pepatah “Tajamnya pedang lebih tajam lagi lisan” ini terjadi padaku. Seperti malam-malam biasanya sebelum menutup mata menuju pulau kapuk aku dan kakaku selalu menyempatkan untuk berdiskusi. Berdiskusi mengenai segala hal dari masalah Politik, sosial, ekonomi hingga kehidupan kampus. Perbedaan mengenai suatu masalahpun sering tak terhindarkan, namun berbeda kali ini Kakakku merasa yang ku katakan tak pantas terlebih lagi menurutnya hal tersebut semaikn mencerminkan  aku adalah orang “”Egois”

Jawaban atas Kesedihanku

Hari ini hari Jum’at, hari yang mendung semendung hati ini. Entah mengapa dari pagi ketika ku bangun dari ranjangku di Kebumen hingga aku samapai di Jogja rasa sedih yang menyelimuti hati ini tak kunjung pergi. Terlebih lagi pikiranku dibebani oleh serentetan tugas menanti di buku coklat, tempat kutuliskan kegiatanku selama seharian. Dari bangun tidur hingga malam menjelang. Seharin inipun kujalani dari mengerjakan tugas HTN (Hukum Tata Negara), mengerjakan pesenan Sertifikat hingga Rapat dan membahas isu kampus di rumah belajar Ekspresi. Walau hanya ada tiga agenda namun ini semua sangat membutuhkan waktu yang lama. Hingga harus pulang pada pukul 9.15 malam