Langsung ke konten utama

Bamboku, Part II

Masih tentang Bamboku. 
Hal yangmenarik dari seorang Hidung merah adalah sikap ambisisusnya. 

Bamboku dilahirkan sebagai rakyat jelata. Saat muda ia berkeinginan untuk memiliki istri dari kalangan bangsawan untuk meningkatkan elektabilitasnya. Iapun berusaha menjadi pemuda yang cekatan dalam perdagangan agar bisa meminang seorang anak bangsawan. Tak lama kemudian ia pun berhasil mewujudkan keinginannya dan meminang anak seorang pejabat, walaupun pejabat rendahan. 

Seiring berjalanannya waktu ia-pun merancang bagaimana perdaganganya semakin besar dan menjadikanya sebagai saudagar terkaya. Ia melakukan berbagai langkah termasuk ikut dalam dunia politik. Ia menjadikan Genji Yoshitomo sebagai patron politiknya dengan membantu pemberontakan Yoshotimo terhadap pemerintahan perdana mentri Senzhei. Setelah Genji kalah oleh Heikei, Bamboku-pun berpindah arah ia berbalik memihak pada Heikei. Ia menjadi kawan politik yang baik, bahkan Bamboku menjadi salah satu penasehat Kiyomori, khususnya dalam percintaanya dengan Tokiwa. 

Berkat kedekatanya dengan Kiyomori, semakin memperpendek langkahnya untuk mewujudkan satu mimpinya yaitu menjadi pejabat. Di usia 50 tahun ia berambisi menjadi pejabat, walaupun ia dulu ia sering mencibir pejabat istana. Baginya kehidupan istana adalah kehidupan yang konyol dan memuakkan. 
Ia bahkan pernah mengatakan "Segala macam peraturan dan penghormatan total itu! tidak berharga karena aku hanya mengabdi pada diriku seorang!"

Bamboku ditunjuk sebagai "Pengawas Sungai Kamo" oleh Kiyomori. Jabatan itu merupakan jabatan golongan lima. Menjadi pejabat selain mepermudah sayap perdagannganya dan hanya sebagai pekerjaan "gensi!"

Siapapun bisa tergiur dengan jabatan termasuk si Bamboku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengangkatan Anak

BAB I PENDAHULUAN A.            Latar Belakang Manusia sudah dikodratkan untuk hidup berpasang-pasangan membentuk sebuah keluarga yang terdiri dari suami istri dan pada umumnya juga menginginkan kehadiran anak atau keturunan hasil dari perkawinannya. Mempunyai anak merupakan tujuan dari adanya perkawinan untuk menyambung keturunan serta kelestarian harta kekayaan. Mempunyai anak adalah kebanggaan dalam keluarga. Akan tetapi terkadang semua itu terbentur pada takdir ilahi dimana kehendak memperoleh anak meskipun telah bertahun-tahun menikah tak kunjung dikaruniai anak, sedangkan keinginan untuk mempunyai anak sangatlah besar. Jika demikian , penerus silsilah orang tua dan kerabat keluarga tersebut terancam putus atau punah.

Simfoni Hitam

Lisan ini..ah.. benar kata pepatah “Tajamnya pedang lebih tajam lagi lisan” ini terjadi padaku. Seperti malam-malam biasanya sebelum menutup mata menuju pulau kapuk aku dan kakaku selalu menyempatkan untuk berdiskusi. Berdiskusi mengenai segala hal dari masalah Politik, sosial, ekonomi hingga kehidupan kampus. Perbedaan mengenai suatu masalahpun sering tak terhindarkan, namun berbeda kali ini Kakakku merasa yang ku katakan tak pantas terlebih lagi menurutnya hal tersebut semaikn mencerminkan  aku adalah orang “”Egois”

Jawaban atas Kesedihanku

Hari ini hari Jum’at, hari yang mendung semendung hati ini. Entah mengapa dari pagi ketika ku bangun dari ranjangku di Kebumen hingga aku samapai di Jogja rasa sedih yang menyelimuti hati ini tak kunjung pergi. Terlebih lagi pikiranku dibebani oleh serentetan tugas menanti di buku coklat, tempat kutuliskan kegiatanku selama seharian. Dari bangun tidur hingga malam menjelang. Seharin inipun kujalani dari mengerjakan tugas HTN (Hukum Tata Negara), mengerjakan pesenan Sertifikat hingga Rapat dan membahas isu kampus di rumah belajar Ekspresi. Walau hanya ada tiga agenda namun ini semua sangat membutuhkan waktu yang lama. Hingga harus pulang pada pukul 9.15 malam