Langsung ke konten utama

Tak ada yang Abadi


Hidup, jika ada hitam maka ada putih. Ada senang ada susah. Apabila siang datang maka petangpun menghilang. Si kaya ada karena ada si miskin. Begitupula dengan kecantikan/ketampanan ada karena ada kejelekan. Ada perjumpaan ada pula perpisahan.

Memegang Cahaya, yang nyata tapi tak terasa..Seperti kehidupan
Kadang hati ini bertanya-tanya mengapa harus demikian, mengapa jika putih menyenangkan harus ada hitam?? Mengapa jika perjumpaan yang diharapkan harus ada perpisahan??. Dan kini ku mengerti mengapa demikian itu menggambarkan bahwasanya didunia tidak ada yang abadi, dan itu menggambarkannya kita harus ingat kepada Sang Khaliq, Sang Maha Kekal. Dan akhirnya itulah yang disebut “Sunnatullah”
Hidup, adalah mencari kebahagian. Dan sejatinya, kebahagian abadi adalah Sang Penggenggam jiwa-jiwa kehidupan.

_Ruang dialektika_
Djogja, 23 Maret 2012

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengangkatan Anak

BAB I PENDAHULUAN A.            Latar Belakang Manusia sudah dikodratkan untuk hidup berpasang-pasangan membentuk sebuah keluarga yang terdiri dari suami istri dan pada umumnya juga menginginkan kehadiran anak atau keturunan hasil dari perkawinannya. Mempunyai anak merupakan tujuan dari adanya perkawinan untuk menyambung keturunan serta kelestarian harta kekayaan. Mempunyai anak adalah kebanggaan dalam keluarga. Akan tetapi terkadang semua itu terbentur pada takdir ilahi dimana kehendak memperoleh anak meskipun telah bertahun-tahun menikah tak kunjung dikaruniai anak, sedangkan keinginan untuk mempunyai anak sangatlah besar. Jika demikian , penerus silsilah orang tua dan kerabat keluarga tersebut terancam putus atau punah.

Simfoni Hitam

Lisan ini..ah.. benar kata pepatah “Tajamnya pedang lebih tajam lagi lisan” ini terjadi padaku. Seperti malam-malam biasanya sebelum menutup mata menuju pulau kapuk aku dan kakaku selalu menyempatkan untuk berdiskusi. Berdiskusi mengenai segala hal dari masalah Politik, sosial, ekonomi hingga kehidupan kampus. Perbedaan mengenai suatu masalahpun sering tak terhindarkan, namun berbeda kali ini Kakakku merasa yang ku katakan tak pantas terlebih lagi menurutnya hal tersebut semaikn mencerminkan  aku adalah orang “”Egois”

Jawaban atas Kesedihanku

Hari ini hari Jum’at, hari yang mendung semendung hati ini. Entah mengapa dari pagi ketika ku bangun dari ranjangku di Kebumen hingga aku samapai di Jogja rasa sedih yang menyelimuti hati ini tak kunjung pergi. Terlebih lagi pikiranku dibebani oleh serentetan tugas menanti di buku coklat, tempat kutuliskan kegiatanku selama seharian. Dari bangun tidur hingga malam menjelang. Seharin inipun kujalani dari mengerjakan tugas HTN (Hukum Tata Negara), mengerjakan pesenan Sertifikat hingga Rapat dan membahas isu kampus di rumah belajar Ekspresi. Walau hanya ada tiga agenda namun ini semua sangat membutuhkan waktu yang lama. Hingga harus pulang pada pukul 9.15 malam