Titikan hujan membahasi bumi, berakibat semerbak bau tanah. Ketika
itu aku pulang dari sebuah acara di Taman Kihadjar salah satu taman yang asyik
buat ngumpul dan berdiskusi di sudut kampus. Karena lebatnya hujan, apalagi waktu sudah menunjukan sholat asar. Akhirnya kuputuskan untuk
berteduh di sebuah Masjid kampus. Masjid Mujahidin, yang berada di sebelah
barat Fakultasku.
Ku bergegas untuk membasuh muka, tangan, kepala, hingga
sela-sela jari kakiku sebelum ku menghadap kepada Sang Khaliq, Sang Penggenggam
Jiwa-jiwa manusia. Usai ku bersujud, menyelesaikan tugasku sebagai hamba, ku
duduk di samping sekat-sekat beton di lantai 2. Menikmati hujan. Tiba-tiba
pikirankupun terhangrayut pada teman-teman seperjuanganku di kampus. Teman-teman
yang luarbiasa.
Hati ini pun bergejolak luar biasa, hingga bulir-bulir tetesan airpun terjun melayang menuju pangkuan.
Hati ini pun bergejolak luar biasa, hingga bulir-bulir tetesan airpun terjun melayang menuju pangkuan.
Ketika teman-teman tetap berjuang, aku palah memilih pergi
meninggalkan mereka. Namun itu bukan keinginan hati kecilku, aku masih ingin bersendaugurau di sela-sela perjuangan, bercanda disaat berdiskusi.
***
***
“Aku masih debelakang kalian kawan,. Aku tidak lari dari
kalian hanya saja mencari tempat yang belum kalian pikirkan.” Teriak hati kecil
ini
Taukah kalian aku disini sendirian, tidak ada lagi orang
yang mengingatkanku ketika kusalah, tak ada yang mengajakku sholat berjama’ah
ketika adzan telah berkumandang, dan tidak ada lagi uluran hangat nan lembut
mengajak untuk belajar mengaji bersama.
Hatipun hanya bis bergejolak, dan menerima bebann yang
kuambil sekarang,. Berjuang sendiri, ditempat yang asing.
Ruang Sepi, 14 Januari 2012
Komentar
Posting Komentar