Langsung ke konten utama

Kalut


Bismillah
Rindu pena kecilku. Akhhir-akhir ini pena kecilku patah, dan enggan untuk diasah lagi. aku tak tahu pasti penyebabnya, yang jelas pikiranku sedang kacau. Sekacau benang kusut. Menyeleksi pikiran-pikiran liar dari luar yang sangat kuat menekan otakku.

Jika otakku bisa berbicara mungkin ia akan berteriak “STOP!! Overlimit..!!!” tapi syukurnya ia tak bisa berbicara. jadi kagak nambah beban. Hemmm…, selain pikiran yang sedang kacau dengan pikiran-pikiran liar diluar sana, aku seringkali disibukkan dengan kenikmatan dunia.

Buat masalah yang satu ini mungkin aku nggak boleh toleran, karena udah tahu dan bisa menuliskannya berarti ada konsekuensi logis gua nggak boleh ngulanginnya lagi. jadi inget dengan setatus FB..heleh-heleh, udah tahu salah masih aja pada ngulangin. (edisi TOMAT kali ye??)

Berbicara pikiran liar banyak sekali pergolakkan yang ada dalam diriku. Mungkin ini adalah salah satu dampak perkembangan ilmu yang dominan dari barat yak? Sartre contohnya kaum eksistensialisme yang tak mempercayai Tuhan, adalagi filusuf jerman Nietzsche yang juga mengatakan “Tuhan telah mati, dan kitalah yang telah membunuh-Nya” ada beberapa perdebatan dari para ahli mengenai pernyataan ini. Tapi saya tidak akan membicarakannya disini nanti mungkin ada bab lain yang akan membahasnya.

Dalam setiap peristiwa pasti ada dampaknya, ini udah hukum alam. Begitu pula dengan perkembangan ilmu sekarang ini. Karena kebanyakan ilmu sekarang dihasilkan dari orang barat kataanlah Eropa dan Amerika (sebenernya gua masih bingung kenapa dinamakan barat? Padahal kita tahu dunia itu bulat, dan barat itu tak selamanya barat, bisa juga jadi timur.. hahahahaha tapi abaikan saja :D ) maka konsekuensi logis dari hal tersebut adalah ideologi yang mereka percayai akan mewarnai setiap perkembangan ilmu pengetahuan yang ada. Tapi kira-kira yang salah siapa yak?? kita orang islam atau mereka?? positve aja deh, bisa juga konstruksi mereka yang luar biasa hebatnya, hingga dari abad 13-sekarang abad 21 masih berjaya.

Belum lagi kalo udah ketemu sama orang bengal. edeh,,, bawaanya manyun terus. Bagaimana tidak?? lah wong masing-masing kubu menyatakan paling benar, sampai-sampai orang yang katanya netral dan anti politik, palah mereka juga ikut-ikutan berpolitik. Heleh-heleh mungkin benar kata Nietzsche yak? Kalo masing-masing orang itu memiliki kenginan berkuasa. Berkuasa ini bukan hanya pada tataran politis saja tapi lebih dari itu. Mereka ingin diperhatikan, ingin dilihat paling menonjol dari pada yang lain, ingin dibilang juara, dan masih banyak lagi yang diinginkannya atas nama individu. Heleh-heleh..intine pada baelah (dengan gaya ngapak). Tapi jika diambil sisipositifnya mungkin inilah yang membuat dunia ini dinamis. Mengapa Allah itu menciptakan warna hitam, jika warna putih saja sudah menyenangkan??. Gua baru yakin sekarang kalo hanya satu warna saja tidak indah, begitu pula dengan jalan hidup. Yah walaupun ada orang didunia ini yang punya kebiasaan yang paling unik yaitu Immanuel kant filusuf jerman, kant disepanjang hidupnya setiap jam 4 sore akan keluar rumah dan berkeliling kota melewati jalan yang sama. Jadi.. bisa juga buat nyocokin jam, kalo Immanuel kant lewat berarti sudah jam 4 sore.

Tapi bersaingnya secara sehat dan mencerdaskanlah. Jangan menjatuhkan satu sama lain, jika dirasa yang lain salah bicarakanlah secara akademik jangan kayak anak TK. Wuihhh..jadi bingung sendiri kayak anak TK gimana yak?? Maksud gua jangan kayak anak kecil kalo kagak A ya berarti ngga mau. Kalo bukan masalah ibadah kan masih bisa didiskusikan dan dipilih jalan yang terbaik??

Semisal gua mau ngomong sama orang-orang itu, gua mau gnomon “Hei….. kalo belum pernah makan duren, jangan ngomong dulu kagak enak!!!” ikut organisasinya juga beum udah dicap jelek, belum juga mempelajari islam udah ngomong, jangan jadi orang islam nanti kagak cinta tanah air. Aduh-aduh… ini niyh yang salah kaprah. Setau gua islam itu menganjurkan cinta tanah air dan mengikuti ulill amri. Tapi untuk bab ini, saya lagi pelajari jadi maaf kagak bisa ngomong panjang kali tinggi jadi coba Tanya yang ahli.

Maaf-maaf jika ada salah-salah kata, semua kejadian diatas Cuma fiktif belaka karena tidak menngunakan riset yang mendalam jadi jangan diambil di hati yak?? apa lagi kalo sampai kejantung wuah bahaya kui karena peredaran darah akan kacau, bawaanya pengin lempar sandal.

Tulisan ra' mutu on the day
_labirin otak_

Komentar

  1. Hmm begitu ya.. soal duren setuju itu *penyuka duren sejati

    Biasanya kalau saya bertemu atau kebetulan sedang kena debat, saya cuma nyengir sambil mikir dalam lubuk hati yang paling dalam:

    "Katak dalam tempurung nih orang"

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengangkatan Anak

BAB I PENDAHULUAN A.            Latar Belakang Manusia sudah dikodratkan untuk hidup berpasang-pasangan membentuk sebuah keluarga yang terdiri dari suami istri dan pada umumnya juga menginginkan kehadiran anak atau keturunan hasil dari perkawinannya. Mempunyai anak merupakan tujuan dari adanya perkawinan untuk menyambung keturunan serta kelestarian harta kekayaan. Mempunyai anak adalah kebanggaan dalam keluarga. Akan tetapi terkadang semua itu terbentur pada takdir ilahi dimana kehendak memperoleh anak meskipun telah bertahun-tahun menikah tak kunjung dikaruniai anak, sedangkan keinginan untuk mempunyai anak sangatlah besar. Jika demikian , penerus silsilah orang tua dan kerabat keluarga tersebut terancam putus atau punah.

Pahlawan tanpa Pangkat

Capung-capung melayang-layanng di udara  bak pesawat terbang, diiringi nyanyian jangkrik dan tarian kupu-kupu. Senja ini sungguh indah. Diantara hamparan padi yang menhijau itu masih terselip sepetak sawah yang ditanami kacang tanah, itu adalah sawah embah . Entah mengapa ketika orang-orang menanam padi simbahku palah memilih menanam kacang, yang sekarang sudah siap panen. “Mbah, kok beda sama yang lain?? Yang lain nanem padi kok mbah nanem kacang?” tanyaku “Owh, ini bekas nanem winih nduk,, buat nanem padi sawah lor,” jawab simbah sambil tersenyum Aku adalah orang desa. Ayahku seorang petani dan dari keluarga petani juga, sedangkan ibuku seorang pedagang yang berasal dari keluarga petani juga. Hampir seluruh masyarakat di daerahku bekerja sebagai petani, namun tak jarang pula yang menjadi pedagang dan PNS namun jumlahnya kecil sekali.  Namun aku bangga menjadi anak petani,bagiku petani adalah pahlawan. walau banyak orang memandang sebelah mata. Bagi mereka petani adal
Menyerah!