Langsung ke konten utama

Detik yang Berdetak II

Hanya Sesak didada yang kualami selama dua hari ini. " hemmmmm... mungkin karena kurang syukur kali yak.."Namun selama dua hari ini ada pelajaran yang berharga bagiku,, karena " Detik yang Berdetak"


Detik yang telah berdetak adalah takdir, bersabar dan bersyukurlah
Detik ini adalah nasib, rubah dan berusahalah
Detik yang akan berdetak adalah ghaib, berharap dan berserah dirilah

Karena detik yang berlalu memberikan pelajarn bagiku dan memunculkan kata "Seharusnya". "Seharusnya" memiliki makna yang luas bagiku, ia melambangkan penyesalan, namun ada hikmah dibaliknya sehingga kita mampu mengambil sikap jika berulang.
Dan untuk detik yang berjalan ini aku tak akan mengulangi kesalahanku yang lalu, karena ku telah mengatakan "seharusnya" tidak begini dan begitu... jadi masih dapat dirubah apa yang akan terjadi dengan berusaha
Detik-detik yang mendatang adalaha harapan karena ghoib. 

Detik-detik tak akan terulang.. 
Detik sekarang dan berikutnya adalah kesempatan 
Detik yang berulang adalah pelajaran.."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengangkatan Anak

BAB I PENDAHULUAN A.            Latar Belakang Manusia sudah dikodratkan untuk hidup berpasang-pasangan membentuk sebuah keluarga yang terdiri dari suami istri dan pada umumnya juga menginginkan kehadiran anak atau keturunan hasil dari perkawinannya. Mempunyai anak merupakan tujuan dari adanya perkawinan untuk menyambung keturunan serta kelestarian harta kekayaan. Mempunyai anak adalah kebanggaan dalam keluarga. Akan tetapi terkadang semua itu terbentur pada takdir ilahi dimana kehendak memperoleh anak meskipun telah bertahun-tahun menikah tak kunjung dikaruniai anak, sedangkan keinginan untuk mempunyai anak sangatlah besar. Jika demikian , penerus silsilah orang tua dan kerabat keluarga tersebut terancam putus atau punah.

Pahlawan tanpa Pangkat

Capung-capung melayang-layanng di udara  bak pesawat terbang, diiringi nyanyian jangkrik dan tarian kupu-kupu. Senja ini sungguh indah. Diantara hamparan padi yang menhijau itu masih terselip sepetak sawah yang ditanami kacang tanah, itu adalah sawah embah . Entah mengapa ketika orang-orang menanam padi simbahku palah memilih menanam kacang, yang sekarang sudah siap panen. “Mbah, kok beda sama yang lain?? Yang lain nanem padi kok mbah nanem kacang?” tanyaku “Owh, ini bekas nanem winih nduk,, buat nanem padi sawah lor,” jawab simbah sambil tersenyum Aku adalah orang desa. Ayahku seorang petani dan dari keluarga petani juga, sedangkan ibuku seorang pedagang yang berasal dari keluarga petani juga. Hampir seluruh masyarakat di daerahku bekerja sebagai petani, namun tak jarang pula yang menjadi pedagang dan PNS namun jumlahnya kecil sekali.  Namun aku bangga menjadi anak petani,bagiku petani adalah pahlawan. walau banyak orang memandang sebelah mata. Bagi mereka petani adal
Menyerah!