Langsung ke konten utama

Tak ada yang Abadi


Hidup, jika ada hitam maka ada putih. Ada senang ada susah. Apabila siang datang maka petangpun menghilang. Si kaya ada karena ada si miskin. Begitupula dengan kecantikan/ketampanan ada karena ada kejelekan. Ada perjumpaan ada pula perpisahan.

Memegang Cahaya, yang nyata tapi tak terasa..Seperti kehidupan
Kadang hati ini bertanya-tanya mengapa harus demikian, mengapa jika putih menyenangkan harus ada hitam?? Mengapa jika perjumpaan yang diharapkan harus ada perpisahan??. Dan kini ku mengerti mengapa demikian itu menggambarkan bahwasanya didunia tidak ada yang abadi, dan itu menggambarkannya kita harus ingat kepada Sang Khaliq, Sang Maha Kekal. Dan akhirnya itulah yang disebut “Sunnatullah”
Hidup, adalah mencari kebahagian. Dan sejatinya, kebahagian abadi adalah Sang Penggenggam jiwa-jiwa kehidupan.

_Ruang dialektika_
Djogja, 23 Maret 2012

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengangkatan Anak

BAB I PENDAHULUAN A.            Latar Belakang Manusia sudah dikodratkan untuk hidup berpasang-pasangan membentuk sebuah keluarga yang terdiri dari suami istri dan pada umumnya juga menginginkan kehadiran anak atau keturunan hasil dari perkawinannya. Mempunyai anak merupakan tujuan dari adanya perkawinan untuk menyambung keturunan serta kelestarian harta kekayaan. Mempunyai anak adalah kebanggaan dalam keluarga. Akan tetapi terkadang semua itu terbentur pada takdir ilahi dimana kehendak memperoleh anak meskipun telah bertahun-tahun menikah tak kunjung dikaruniai anak, sedangkan keinginan untuk mempunyai anak sangatlah besar. Jika demikian , penerus silsilah orang tua dan kerabat keluarga tersebut terancam putus atau punah.

Pahlawan tanpa Pangkat

Capung-capung melayang-layanng di udara  bak pesawat terbang, diiringi nyanyian jangkrik dan tarian kupu-kupu. Senja ini sungguh indah. Diantara hamparan padi yang menhijau itu masih terselip sepetak sawah yang ditanami kacang tanah, itu adalah sawah embah . Entah mengapa ketika orang-orang menanam padi simbahku palah memilih menanam kacang, yang sekarang sudah siap panen. “Mbah, kok beda sama yang lain?? Yang lain nanem padi kok mbah nanem kacang?” tanyaku “Owh, ini bekas nanem winih nduk,, buat nanem padi sawah lor,” jawab simbah sambil tersenyum Aku adalah orang desa. Ayahku seorang petani dan dari keluarga petani juga, sedangkan ibuku seorang pedagang yang berasal dari keluarga petani juga. Hampir seluruh masyarakat di daerahku bekerja sebagai petani, namun tak jarang pula yang menjadi pedagang dan PNS namun jumlahnya kecil sekali.  Namun aku bangga menjadi anak petani,bagiku petani adalah pahlawan. walau banyak orang memandang sebelah mata. Bagi mereka petani adal
Menyerah!