Langsung ke konten utama

Takhta Awan: Sekuel The Road to the Empire

Sinta Yudisia, xxi+557 hal,lingkarpena publishing house,2011
Setelah sukses dengan buku pertama dari trilogi “The Road To the Empire” yang menggugah semangat.  Sinta Yudistia kembali mengeluarkan Takhta Awan yang merupakan Buku kedua dari” trilogy The Road the Empire”.  Dalam buku kedua  ini Sinta masih berkisah tentang Pangeran Mongol Muslim pertama. Cerita bagaimana asal mula keislamannya ada pada buku pertama The Road to The Empire. Buku ini bergenre historical fiction, dengan tebal 572 halaman, menceritakan kelanjutan perjuangan kisah Takudar Muhammad Khan yang kembali menggenggam Mongolia dan mengambil takhta Arghun Khan.
Cekungan Turpan, menjadi saksi terjadinya perang besar penaklukan Mongol. Syahidnya beberapa Syaikh dan sahabat Takudar, menjadi harga kembali bagi takhta yang kini dipegang oleh Takudar. Di buku kedua ini lah, kelanjutan perjuangan Takudar dalam mengantarkan bangsa Mongol lepas dari kehidupan stepa dan perang. Jauh dari itu, menjadikan Mongol mengenal Islam juga menjadi harapannya dan para Muslim yang mendukungnya di Syabz. Tapi tentu hal tersebut tidak mudah. Mongol sangat sulit ditaklukkan apalagi oleh seorang Kaisar nan lembut hati, bahkan karakter tersebut sangat asing bagi Mongolia.

Kembali bertakhtanya Takudar, sedikit demi sedikit kebijakan di Mongol diubah. Bangsa Mongol diperkenalkan dengan kegiatan bertani, kekayaan para bangsawan dikembalikan menjadi kekayaan negara, bahkan sang Kaisar memperlihatkan dirinya yang melunturkan kemewahan dari penampilan kesehariannya. Sekali lagi, kebaikan menjadi sesuatu yang baik tidak mudah akarnya melesak kedalam bumi tanpa menghiraukan penerimaan tanah. Begitulah Mongolia, bangsa besar yang sekilas terkenal dengan keangkuhannya karena pernah hidup bersama mereka Jenghiz Khan, namun besar harapan kebenaran untuk ditegakkan disana juga merupakan sesuatu yang pantas diperjuangkan.

Dahulu, sebelum takhta ia dapatkan, Takudar dikelilingi sahabat yang menjadi saudaranya dalam berjuang. Rasyiduddin, seorang sahabat sumpah Anda, persaudaraan mereka layaknya Muhajirin dan Anshor terdahulu. Mereka saling mencintai dan mendukung meski perselisihan kerap mereka hadapi. Almamuchi, pelayan setianya yang membersamainya dengan kesetiaan yang pekat, Takudar merasa hilang beban bersamanya begitu pun Almamuchi yang selalu merasa harus terus membela Takudar karena terikat sumpah kesetiaan. Lalu Karadiza, putri Bangsawan Tabriz nan rupawan, yang kemudian mencintai Takudar dan bersedia ikut bersama Rasyiduddin dan Almamuchi dalam membela Takudar yang berjuang dan menjadi pemimpin.

Kehidupan istana dan kepemimpinan tidak pernah lepas dari pihak-pihak yang berselisih paham. Dalam hal ini, duri perjuangan ada pada rang-orang seperti selir Han Shiang, pangeran Arghun Khan dan beberapa pejabat kerajaan yang menjadi sekutu mereka. Satu dari sekian konspirasi yang senantiasa hendak merebut kekuasaan Takudar karena menganggap bahwa Mongol tidak bisa dipimpin oleh Kaisar yang lembut hati, merekaberupaya membunuh Takudar yang sedang melaksanakan perburuan hingga untuk ke sekian kalinya Takudar menghilang dan tentu saja, Mongol dalam keadaan kacau balau.

Kepercayaan rakyat dan beberapa pejabat yang berada dibawah Takudar sebelumnya, menjadi terpojok bahkan darah mereka terancam hanya karena mereka setia pada Takudar. Arghun Khan kembali bertakhta atas kelicikan Han Shiang. Tentu saja, mereka berupaya mengembalikan takhta Mongolia untuk dijalankan oleh Kaisar berhati singa dan mengembalikan kebesaran bangsa Mongolia sebagai bangsa penakluk.

Bagaimana keadaan Takudar setelah menghilang dari kegiatan perburuannya? Ia diselamatkan oleh Pasukan Khasik yang konon telah terbentuk sejak Jenghiz Khan berjaya dan bertugas setia dalam menjamin keselamatan Kaisar. Pada saat yang sama, sahabat-sahabat Takudar mencarinya dalam kekhawatiran, seperti Rasyiduddin yang tidak tenang dan bersegera mencari Takudar. Hingga ia dihadang oleh seorang perwira bernama Tomorbataar, perwira yang dipercaya Takudar namun berbalik kesetiaan kepada Arghun Khan dengan desakan. Rasyiduddin mati ditangan Tomorbataar.

Pepatah dunia lama berkata, ketika manusia mendapatkan sesuatu, ia juga harus siap kehilangan bagian yang lain. Memperoleh harta dan kedudukan, manusia harus rela kehilangan kemerdekaannya sebagai rakyat jelata yang bebas melakukan apa saja. Meraih cinta, manusia harus rela kehilangan sifat egoismenya.

Dan Takudar kehilangan sahabat sumpah Anda-nya, kehilangan seorang saudara yang mencintai dan mendukungnya dengan penuh ketulusan, kehilangan seseorang yang dengan semangat dan kebijaksanaan senantiasa menemani Takudar hingga ia duduk di takhta. Kehilangan yang teramat. Belum lagi, tanah Mongolia dengan Hoh Tenger yang menggantung seperti tidak menerima kepemimpinannya. Hingga buku ini berakhir, akan kemanakah Khenate baru bisa ia dirikan?
Historical fiction yang apik. Tidak kehilangan pergolakan emosi karakter-karakternya. Tidak menjadi basi meski deras sekali kekayaan kebudayaan Mongolia ditampilkan disini. Novel yang mengalir dan memberikan banyak pelajaran. Tentu saja tidak terlepas dari ikhtiar sang Penulis yang memperkaya diri dalam menggarap novel ini dengan observasi yang tidak bisa dikatakan mudah untuk dilakukan. Tanyakan saja, seperti apa ikhtiar yang dilakukannya dalam menghadirkan peradaban Asia Tengah akhir tahun 1200an ke dalam sebuah novel? Novel yang tidak hanya bertujuan menghibur tetapi mengenalkan sesosok Takudar yang tidak banyak disebutkan namun adalah seorang yang membawa keislaman dalam memimpin Mongolia?

Karya yang bagus yang kesekiankalinya terlahir dari rahim pemikiran Sinta Yudisia. Cocok bagi kalian yang suka dengan novel yang bergenre Historical fiction.  karena buku ini sarat pembelajaran. Tentang kepemimpinan dan perjuangan menegakkan kebenaran. Islaminya dapat, nilai kebaikan secara umum pun menjadi kekayaan novel ini. Ah iya, seperti endorsement yang ada di kaver depan buku ini, cerita dalam takhta awan terasa filmis dan inspriring.

Komentar

  1. Setuju ^^
    Makin penasaran sama buku lanjutannya yg denger2 2 tahun lg baru ada, hiks T.T
    Baru tau juga ternyata ada 2 novel sebelum the road to the empire,,, huhu... saya ketinggalan nih,,

    Salam kenal ^^

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pahlawan tanpa Pangkat

Capung-capung melayang-layanng di udara  bak pesawat terbang, diiringi nyanyian jangkrik dan tarian kupu-kupu. Senja ini sungguh indah. Diantara hamparan padi yang menhijau itu masih terselip sepetak sawah yang ditanami kacang tanah, itu adalah sawah embah . Entah mengapa ketika orang-orang menanam padi simbahku palah memilih menanam kacang, yang sekarang sudah siap panen. “Mbah, kok beda sama yang lain?? Yang lain nanem padi kok mbah nanem kacang?” tanyaku “Owh, ini bekas nanem winih nduk,, buat nanem padi sawah lor,” jawab simbah sambil tersenyum Aku adalah orang desa. Ayahku seorang petani dan dari keluarga petani juga, sedangkan ibuku seorang pedagang yang berasal dari keluarga petani juga. Hampir seluruh masyarakat di daerahku bekerja sebagai petani, namun tak jarang pula yang menjadi pedagang dan PNS namun jumlahnya kecil sekali.  Namun aku bangga menjadi anak petani,bagiku petani adalah pahlawan. walau banyak orang memandang sebelah mata. Bagi mereka petani adal

Pengangkatan Anak

BAB I PENDAHULUAN A.            Latar Belakang Manusia sudah dikodratkan untuk hidup berpasang-pasangan membentuk sebuah keluarga yang terdiri dari suami istri dan pada umumnya juga menginginkan kehadiran anak atau keturunan hasil dari perkawinannya. Mempunyai anak merupakan tujuan dari adanya perkawinan untuk menyambung keturunan serta kelestarian harta kekayaan. Mempunyai anak adalah kebanggaan dalam keluarga. Akan tetapi terkadang semua itu terbentur pada takdir ilahi dimana kehendak memperoleh anak meskipun telah bertahun-tahun menikah tak kunjung dikaruniai anak, sedangkan keinginan untuk mempunyai anak sangatlah besar. Jika demikian , penerus silsilah orang tua dan kerabat keluarga tersebut terancam putus atau punah.
Menyerah!