Langsung ke konten utama

Jawaban atas Kesedihanku


Hari ini hari Jum’at, hari yang mendung semendung hati ini. Entah mengapa dari pagi ketika ku bangun dari ranjangku di Kebumen hingga aku samapai di Jogja rasa sedih yang menyelimuti hati ini tak kunjung pergi. Terlebih lagi pikiranku dibebani oleh serentetan tugas menanti di buku coklat, tempat kutuliskan kegiatanku selama seharian. Dari bangun tidur hingga malam menjelang.

Seharin inipun kujalani dari mengerjakan tugas HTN (Hukum Tata Negara), mengerjakan pesenan Sertifikat hingga Rapat dan membahas isu kampus di rumah belajar Ekspresi. Walau hanya ada tiga agenda namun ini semua sangat membutuhkan waktu yang lama. Hingga harus pulang pada pukul 9.15 malam

Yeah….. Alhamdulillah, selesai juga hari ini,” teriaku dalam hati

Setelah menyelesaikan tugasku seharian ku bergegas menuju kamar yang hanya berukuran 3X3 meter. Markas kesukaanku untuk menghabiskan malam-malamku, walau hanya sekedar membuka lembaran-lembaran buku, mengutek-utek komputer, ngegame saat suntuk dan rehat ketika mata sayup-sayup, ketika berada di Jogja.

Kubersihkan badanku dari kepenatan dunia kampus selama seharian, ku merebahkan tubuhku di kasur yang tak lagi empuk ini sembari memikirkan apa yang ingin kuperbuat. Malaspun menghranyuti hati dan pikiranku malam ini, hingga membuatku hanya bergolek dikasur dan memandangi langit-langit kamarku. Tidak banyak yang bisa dilakukan ketika malas sedang mengetuk pintu kamar, paling-paling hanya membuka laptop, melihat file-file, gambar, film, atau main game. Sesekali membaca koran yang isinya itu-itu saja. Membaca buku pun rasanya tidak mendapat apa-apa, serangkaian kata-kata yang tertulis disana seperti menolak masuk kedalam kepala. Ku tuangkan air putih,minuman faforitku kedalam cangkir dan kutenggak perlahan-lahan sembari memikirkan mengapa diriku ini. 

Saat itu kumulai sadar, dan memahami apa yang menyebabkan malas dan gundah menyelimuti hati dan pikiranku. Ternyata selama dua hari ini hati ini sangat jauh dengan Allah, Sang Pemegang jiwa-jiwa manusia. Akhir-akhir ini ku sering terlambat sholat dan mempolitisasisholat, tilawahku semakin berkurang, omonganku sedikit kasar, dan beberapa kali ku bersedih dan orang tersinggung. Tidak hanya itu bahkan masih banyak lagi hingga aku lupa dengan apa yang ku perbuat.

Hingga aku ingat dengan sebuah liri dalam lagu “Bingkai Kehidupan”

ar-rasul qudwatuna”-Shoutul Harokah

Begitulah potongan dari salah satu lirik milih nasyid Shoutul Harokah pada lagu “Bingkai Kehidupan”, salah satu lagu faforitku. Ar-Rasul qudwatuna, Nabi Muhammad adalah tauladan itulah artinya. Buktinya diberbagai profil banyak orang yang menempatkan Muhammad SAW sebagai tokoh idola atau tauladan. Alasanya, karena Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang luar biasa, beliau pandai dalam berbagai hal baik secara sosial, ekonomi (perdagangan) hingga masalah negara (politik). 

Nabi Muhammad adalah pedagang yang ulung dalam usianya 17 tahun beliau sudah diberikan kepercayaan untuk mngelola usaha pamannya, dan pada usia 23-25 tahun beliau menjadi pengelola bisnis Khodijah dan berbisnis hingga luar negara. Oleh karena kredibilitas yang dimiliki Nabi Muhammad SAW inilah beliau dijuluki Al-Amin. Dari kisah dagang beliau maka kita dapat menemukan tuladan bahwasannya Kredibilitas, Kepercayaan, Keteguhan dan Integritas itu harus dimiliki oleh umat Islam. Belum lagi dalam hal lain seperti politik Nabi Muhammad SAW adalah sosok yag ulung dalam dunia politik. Hal ini diakui oleh seorang filusuf asal Cardiff Inggris yang bernama Sir Herbert Spencer (1820-1903),. dalam bukunya yang diterjemahkan kedalam bahasa Arab, Ushulul Itjima antara lain menulis: “Hendaklah kalian menjadikan Muhammad sebagai perlambang politik agama yang tepat, dan seseorang yang paling jujur dalam menerapkan sistemnya yang kudus di tengah-tengah umat manusia seluruhnya. Muhammad merupakan suatu sosok amanat yang dijelmakan dalam kejujuran yang murni, siang dan malam selalu tekun menghidupi umatnya.”
 
Dan dalam bidang sosial jelas bahwasannya nabi mengajarkan “Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain(HR Qudha'I dari Jabir ra) inilah salah satu filsafat hidup nabi, walau hanya satu kalimat namun mengandung banyak makna. Karena Nabi Muhammad mengajarkan memanfaatkan potensi yang kita punya untuk kepentingan orang lain dari harta, pikiran hingga hati. Dari harta, dermawan, gemar sodaqoh. Pikiran pun dapat di sodaqohkan melalui mengajari anak yatim piatu, mengajar mengaji di berbagai masjid, memberikan buah pikirannya untuk memberikan solusi hidup bagi rekannya, saudara hingga masalah sosial dan negara. Hati, dari penyantun, pemaaf, penyayang hingga menghindari dengki, ria, sombong, menghujat, dan masih banyak lagi. *wallahu'alam bi sawab

Begitu banyak tauladan yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW, namun ternyata diri ini masih jauh dari keteladanan beliau. Mata ini hanya bisa menitikan air mata, mengingat apa yang di perbuat, dan menanyakan mengapa perbuatan ini tak kunjung pergi dari kehidupanku, masih saja ku kadang mengulanginya.
Ya Allah! Sesungguhnya aku bermohon kepadamu
dengan RahmatMu yang meliputi segala sesuatu
dan dengan kekuasaanMu yang dengannya Engkau taklukkan segala sesuatu
dan karenaNya merunduk segala sesuatu
dan karenaNya merendah segala sesuatu
dengan kemuliaanMu yang mengalahkan segala sesuat
dengan kekuatanMu yang tak tertahankan oleh segala sesuatu
dengan kebesaranMu yang memenuhi segala sesuatu
dengan kekuasaanMu yang mengatasi segala sesuatu
dengan wajahMu yang kekal setelah punah segala sesuatu
dengan asmaMu yang mencakup segala sesuat
dengaan cahaya wajahMu yang menyinari segala sesuatu
Wahai Nur, Wahai Yang Mahasuci!
Wahai Yang Awal dari segala awal!
Wahai Yang Akhir dari segala akhir!
Bimbinglah jiwa ini menuju jalan yang Kau ridhoi

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pahlawan tanpa Pangkat

Capung-capung melayang-layanng di udara  bak pesawat terbang, diiringi nyanyian jangkrik dan tarian kupu-kupu. Senja ini sungguh indah. Diantara hamparan padi yang menhijau itu masih terselip sepetak sawah yang ditanami kacang tanah, itu adalah sawah embah . Entah mengapa ketika orang-orang menanam padi simbahku palah memilih menanam kacang, yang sekarang sudah siap panen. “Mbah, kok beda sama yang lain?? Yang lain nanem padi kok mbah nanem kacang?” tanyaku “Owh, ini bekas nanem winih nduk,, buat nanem padi sawah lor,” jawab simbah sambil tersenyum Aku adalah orang desa. Ayahku seorang petani dan dari keluarga petani juga, sedangkan ibuku seorang pedagang yang berasal dari keluarga petani juga. Hampir seluruh masyarakat di daerahku bekerja sebagai petani, namun tak jarang pula yang menjadi pedagang dan PNS namun jumlahnya kecil sekali.  Namun aku bangga menjadi anak petani,bagiku petani adalah pahlawan. walau banyak orang memandang sebelah mata. Bagi mereka petani adal

Pengangkatan Anak

BAB I PENDAHULUAN A.            Latar Belakang Manusia sudah dikodratkan untuk hidup berpasang-pasangan membentuk sebuah keluarga yang terdiri dari suami istri dan pada umumnya juga menginginkan kehadiran anak atau keturunan hasil dari perkawinannya. Mempunyai anak merupakan tujuan dari adanya perkawinan untuk menyambung keturunan serta kelestarian harta kekayaan. Mempunyai anak adalah kebanggaan dalam keluarga. Akan tetapi terkadang semua itu terbentur pada takdir ilahi dimana kehendak memperoleh anak meskipun telah bertahun-tahun menikah tak kunjung dikaruniai anak, sedangkan keinginan untuk mempunyai anak sangatlah besar. Jika demikian , penerus silsilah orang tua dan kerabat keluarga tersebut terancam putus atau punah.
Menyerah!